Home About Tutobies Others

Sabtu, 11 April 2015

Hide and Seek

"Apa, Yuko menginap ke sini lagi?!" aku tak percaya mendengar penjelasan Mama dan Papa.
"Iya, nak, dia menginap dua minggu di sini, karena orang tuanya ada tugas di Amerika," tambah Papa.
"Tolong buat dia nyaman tinggal di sini ya, nak!" perintah Mama.
"I...iya," jawabku dengan terpaksa.

Uuuuh... sebenarnya aku malas kalau Yuko menginap di sini. Yuko adalah sepupuku. Umurnya sama denganku. Dia suka dengan permainan yang berhubungan dengan hantu yang terkadang hampir membuat nyawanya melayang. Aku pernah di ajak nya bermain ouija. Untungnya kami berhasil memainkannya, kalau tidak... mungkin kita sudah dihantui. 
*****
Tok... tok... tok...
Ah, mungkin Yuko sudah datang. Mama segera membuka pintu.
"Selamat malam! Saya numpang nginap di sini. Terima kasih!"
"Selamat datang Yuko! Ah, kamu sopan sekali! Silakan masuk!" kata Mama.
"Hiroko nya mana, tante?" tanya Yuko seraya masuk ke dalam rumah.
"Dia ada di kamarnya. Masuk saja!" jawab Mama.
"Terima kasih tante!" ucap Yuko.
"Ternyata Hiroko ada di sini ya?"
"I... iya Yuko. Selamat datang!" jawabku dengan terkejut.
Refleks, Yuko memindahkan barang-barangnya yang ia bawa.
"Bajumu di taruh di lemariku saja!" perintahku. Yuko hanya menganggukan kepalanya. Aku membantunya memindahkan pakaiannya.
"Anak-anak saatnya makan malam," teriak Mama dari ruang makan. Untung nya kami sudah selesai memindahkan barang Yuko, sehingga kami bisa langsung makan.

"Wah, makanannya enak sekali!" puji Yuko.
"Kamu bisa aja, sih, Yuko. Terima kasih!" jawab Mama.
"Mulut penuh jangan berbicara, Yuko!" bentak ku. Aku paling sebal kalau ada orang yang bicara sambil makan.
"Ups, maaf," jawab Yuko.

Drrrrt... drrrrttt..., handphone Papa ku berdering.
"Apa?! Ada tugas lagi? Baiklah aku akan ke sana," jawab Papa ku kepada orang yang meneleponnya.
"Aduh, Papa ada tugas lagi dari kantor, nih," kata Papaku.
Di saat bersamaan Mama juga mendapatkan SMS.
"Mama juga ada tugas dari kantor, nih," tambah Mama.
"Tidak apa-apa, Ma, jangan khawatirkan aku! Lagipula aku tidak sendirian," jawabku.
"Ya sudah. Papa dan Mama pergi dulu. Hiroko tolong buat Yuko betah menginap di sini, ya!" perintah Papa.
"Ya," jawabku. 
Akhirnya aku dan Yuko sendirian di rumah. Ya Tuhan semoga Yuko tidak mengajakku permainan yang berhubungan dengan hantu.

"Hiroko main Hitori Kakurenbo, yuk!" ajak Yuko. 
Sudah kuduga dia akan bermain yang berhubungan dengan hantu. Ya Tuhan, aku harus bagaimana?
"Ummm... Hitori Kakurenbo itu apa, sih?" aku berpura-pura tidak tahu. Semoga dia membatalkan niatnya.
"Apa?! Kamu tidak tahu ya? Sini aku carikan di Google," katanya sambil mengambil smartphone-nya.
"Hitori Kakurenbo itu yang cara mainnya seperti ini, lho,"  jelasnya.
"Oh, begitu ya," jawabku seperti orang yang baru saja diberi tahu.
"Main itu yuk!" ajak Yuko. 
Aduh, bagaimana ini?
"Tapi, boneka beruangnya gak ada, Yuko. Aku hanya punya boneka porselen," jawabku. Sebenarnya itu hanya alasan agar dia membatalkan niatnya itu.
"Tenang, aku sudah membawanya," Yuko menenangkan. Sebenarnya bukan menenangkan, sih, itu malah membuatku semakin kahawatir kalau dia mau memainkan permainan itu.
"Ayo bermain Hitori Kakurenbo!" katanya. Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan?
Yuko membelah bonekanya, mengeluarkan isinya, mengisinya dengan beras.
"Aku minta potongan kukumu," pinta Yuko.
"Tunggu sebentar!" perintahku yang masih memotong kuku. Aku memasukkan potongan kuku ku, karena kalau tidak aku bisa menjadi korban juga, walaupun tidak ikut bermain.
Setelah selesai memasukkan potongan kuku ku dan juga kuku Yuko, Yuko menjahit bonekanya dengan benang merah.
"Tunggu sampai jam tiga!" perintahnya.
*****
Pukul tiga pagi
"Kita beri nama boneka ini Mr.Scary saja," kata Yuko. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
Kami menyiapkan air garam dan segenggam garam, serta mengisi bak mandi sampai penuh.
"Yuko dan Hiroko yang pertama, Yuko dan Hiroko yang pertama, Yuko dan Hiroko yang pertama," ucapku dan Yuko, kemudian kami berdua menghitung dari angka satu sampai sepuluh, mematikan semua lampu, mengunci semua pintu dan jendela, serta menyalakan televisi dengan channel semut.
"Aku menemukanmu Mr.Scary, aku menemukanmu Mr.Scary, aku menemukanmu Mr.Scary," ucap kami berdua.
Jleb
Aku menancapkan pisau tepat di perutnya.
"Sekarang Mr.Scary yang jaga, sekarang Mr.Scary yang jaga, sekarang Mr.Scary yang jaga," ucap kami berdua, lalu, kami bersembunyi di belakang lemari pakaianku. O, iya kami tidak lupa membawa air garam dan segenggam garam, karena itu adalah 'senjata' kami.
Keanehan terjadi. Channel televisi berganti sendiri. Terdengar juga suara tawa anak kecil.
"Dimana kalian? Dimana, pun itu aku akan menemukanmu," terdengar sebuah suara.
Glek! Aku menelan ludahku. Tampaknya boneka itu sedang mencariku dan Yuko. Aku yang sedang menggandeng Yuko bisa merasakan kalau tangannya dingin, sangat dingin.
"Aku tahu kalian ada di situ. Keluarlah!" suara boneka itu terdengar lagi.
"Aku sedang menuju ke kamar kalian," kata boneka itu.
Dag, dig, dug. Kali ini aku benar-benar ketakutan. Ya Tuhan, selamatkanlah kami!
"Mungkin kalian bersembunyi di bawah ranjang," kata boneka itu.
Tidak! Boneka itu sudah berada di kamarku. Refleks aku memberi isyarat kepada Yuko agar menyemburkan air garam kepada boneka itu. Yuko menganggukkan kepalanya.
Byur!
Akhirnya aku dan Yuko bisa menyembur bonekanya dengan air garam walaupun kami sedang ketakutan.
"Aku menang, aku menang, aku menang," ucapku dan Yuko. 
Tiba-tiba bonekanya menusuk tangan Yuko dengan pisau yang dibawanya. 
"Kamu tidak apa-apa, kan, Yuko?" tanyaku.
"Aku tidak apa-apa. Cepatlah! Kita harus mengakhiri permainn ini," perintah Yuko.
"Tapi, bagaimana dengan tanganmu, Yuko?" aku khawatir.
"Cepat akhiri permainan! Kau mau di hantui boneka nya?" jawabnya dengan tegas. Aku terkejut. Baru kali ini dia berkata dengan tegas kepadaku.
Kami mencari bonekanya dan akhirnya kami menemukan boneka itu berada di depan kamar orang tuaku. Boneka itu membawa pisau yang tadi kami pakai untuk menusuknya. Aku yang sedang siap-siap menyemburnya hampir saja menelan air garam nya. Akhirnya kami menyemburkan air garam ke boneka itu.
"Aku menang, aku menang, aku menang," ucapku dan Yuko.

Yuko menyalakan lampu. Bonekanya tergeletak. Syukurlah kami menang. Kami mengeringkan bonekanya, lalu membakarnya. Tangan Yuko yang berdarah langsung aku  obati.

Pukul tujuh pagi.

"Kami pulang!" ucap Mama dan Papa yang baru pulang seraya masuk ke dalam rumah
"Silakan sarapan dulu, Ma, Pa. Aku dan Yuko sudah memasak omelette isi sayur dan keju untuk kalian," kataku.
"Silakan dimakan," kata Yuko sambil menyodorkan piring berisi omelette ke Mama dan Papa.
"Tanganmu kenapa Yuko?" tanya Mama yang melihat tangan Yuko yang di perban.
"Eh, oh, aku tidak apa-apa. Aku hanya tertusuk pisau tadi," jawab Yuko agak gugup. 
"Lain kali berhati-hatilah jika menggunakan benda tajam!" nasehat Mama. Yuko hanya mengangguk.

Aku dan Yuko menyesal, karena memainkan permainan itu, apalagi Yuko yang mengajakku bermain Hitori Kakurenbo. Dia berjanji kepada dirinya sendiri agar tidak memainkan permainan yang berhubungan dengan hantu lagi. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarmu akan dimoderasi. Boleh berkomentar asalkan komentarnya enggak bikin rusuh. Tidak boleh memakai bahasa kasar. Terbuka untuk kritik dan sarannya.