Home About Tutobies Others

Kamis, 14 Juni 2018

Enggak Usah Tanya Ini, Deh!


Enggak kerasa, ya, sebentar lagi lebaran. Ngebayangin kumpul bareng keluarga, makan nastar dan ketupat, temu kangen, dapat THR, dan sebagainya.

Semuanya baik-baik saja, sebelum pertanyaan basa-basi enggak penting ini dilontarkan. Tipikal basa-basi menyebalkan, bikin kita pingin nyiram kuah opor ke si Penanya.

Gue merangkum beberapa basa-basi umum yang cukup merusak mood. Nah, apakah lo termasuk orang yang pertanyaannya kayak gini?

Note: Tulisan berwarna merah di bawah ini merupakan ilustrasi kejengkalan yang hanya bisa dipendam di hati.

  • "Kok gendutan, sih?"
Lah, situ, kok, komen, sih? Perasaan kita baru ketemu lebaran kali ini, ya? Oh, badan lo kayak bola pantai, tuh.

Gaes, percayalah ini pertanyaan paling tabu untuk ditanyakan kepada orang yang lagi mati-matian diet. Enggak dijitak sama orangnya aja udah sujud syukur lo.

Apalagi kalau lo sehari-hari enggak pernah ketemu dia. Cuma lihat-lihat fotonya di Instagram aja dan ketika bertemu, tahu-tahu lo melontarkan pertanyaan tersebut. Malunya lagi kalau ternyata lo yang gendutan.

Biasanya, sih, model pertanyaannya gini, "Wah, kamu gemukan, ya. Bahagia, ya?"

Oh, please, belum tentu. Gimana kalau ternyata dia baru patah hati terus dia banyak makan buat ngilangin patah hatinya?

Dan... apakah lo pernah berpikir kalau seandainya orang yang lo bilangi begitu tahu-tahu besoknya anoreksia? Habis itu lo gantian tanya, "Kok, kurusan, sih, kayak kurang gizi begitu?"

Man, that's so annoying.

Pokoknya jangan pernah menanyakan "Kok gemukan?" kecuali lo mau biayain operasi sedot lemak. Kalau lo enggak tahan buat ngomentarin dia, mending lo gibahin dia aja ke grup WA lo *saran sesat*

  • "Ih, kok, kamu sekarang jerawatan?"

Padahal cuma ada jerawat 1-2 biji doang -_-

Ini kasusnya sama kayak pertanyaan nomor satu. Jangan pernah nanyain ini, apalagi kalau lo sehari-hari cuma lihat fotonya dia dari Instagram doang, begitu ketemu lo langsung ngomentarin soal wajah.

Kayak kulit lo selalu mulus aja. Memangnya lo mau biayain dokter kulit?
     

  • "Kapan lulus kuliah?"
Lo kira skripsian itu gampang?

Sebenarnya kalau tanya "Kapan lulus ?doang itu enggak terlalu nyebelin. Akan menyebalkan kalau lo sekalian nge-judge kayak gini:

A: "Kapan kamu lulus? Nunda kelulusan itu enggak baik, lho. Enggak malu kamu jadi mahasiswa tua? Lagian kamu ini ngrepoti orang tua aja. Mbok cepat lulus, habis itu kerja, terus cari jodoh."
B: "Hehe... doain aja, ya."

Percayalah, sebenarnya lo udah dimisuhi habis-habisan sama orang yang lo tanya. 

Apa, sih, pentingnya lo nanyain ini? Kan, orangnya enggak ngrepotin lo. Selain itu, lo juga enggak biayain kuliahnya. Lagian, yakin lo mau cariin jodoh dan lowongan kerja setelah dia lulus?

  • "Kapan nikah?"
Lah situ kapan mati?

Ini pertanyaan yang bikin kaum jomblo sebal luar biasa. Mendingan enggak mudik daripada ditanyain ini.

Bisa aja, kan, orangnya ngejar karier dulu biar mapan atau menikmati masa muda dulu? Lo juga enggak nyariin jodoh, ngapain lo nanya kapan dia nikah?

Gue khawatir pertanyaan ini bisa bikin orang cepat-cepat nikah, tanpa peduli pasangannya seprinsip atau enggak. Entar kalau sering berantem sama pasangannya gimana? Terus kalau cerai padahal pernikahan masih sebentar doang gimana?

Ada juga orang yang memang enggak pingin nikah. Bukan berarti dia homo, lho, ya, bisa aja dia lebih nyaman menikmati hidup sendiri. Don't judge them, please.

Menikah itu untuk diri sendiri, bukan buat muasin ego lo yang tanya kapan nikah.

  • "Kok, belum punya anak?"

Bayangin, deh, ada sepasang suami-istri yang bertahun-tahun nikah tapi belum dikaruniai anak. Berbagai macam cara dilewati, mulai dari konsultasi ke dokter, minum jamu, pijat, sampai datang ke dukun. Sedihnya, ternyata mereka enggak bisa punya anak.

Dan lo dengan santainya tanya "Kapan punya anak?"

Kenapa lo enggak berhati, sih? Apakah lo enggak bisa membayangkan gimana sakitnya mereka? Wah, enggak disumpahin aja alhamdulillah lo.

Ada lagi sepasang suami-istri yang cuma pingin hidup berdua, enggak pingin punya anak. It's fine. Lo enggak boleh maksain mereka buat punya anak. Itu hak mereka.

Oh, atau gini ceritanya. Suami-istri yang dulu lo tanyain udah punya satu anak. Kemudian, lo tanya, "Kok, enggak nambah lagi? Kasihan, tuh, anaknya kesepian enggak punya adik."

Sebenarnya mau, kok, kalau punya anak lagi asalkan lo enggak keberatan membiayai anak mereka sampai kuliah. Gimana, gampang, kan, daripada lo tanya-tanya terus?

Urusan anak itu Tuhan yang ngatur. Jadi, enggak usah tanya-tanya "Kapan punya anak?"

  • "Hamil, ya?"

Ceritanya lo lagi gemukan. Terus ada orang tanya "Wah, gemukan. Hamil, ya?"

Wah, makjleb banget, tuh. Apalagi kalau ternyata orangnya lagi pingin banget punya anak tapi belum dikasih.

Mungkin lo akan mengelak kalau maksud lo bertanya memang baik. Biar didoain gitu kehamilannya. Mendingan lo tunggu orangnya woro-woro hamil dulu, baru lo doain dia, daripada lo tanya sendiri.

  • "Anakmu 15 bulan, kok, belum bisa jalan, sih? Anakku, lho, umur setahun udah bisa lari-larian, udah bisa nyanyi 'Balonku', lancar ngomong, bisa merangkak sambil meloncati lingkaran api, bisa main biola, blah, blah, blah."

Oke, yang terakhiran itu ngawur.

Bunda, progres setiap anak itu beda-beda. Ada anak yang udah lancar jalan tapi belum lancar bicara, ada juga yang sebaliknya.
Duh, pokoknya jangan tanya soal kemampuan fisik anak, atau ngomentarin metode parenting orang kalau enggak mau terjadi mompetition.

Misalnya, nih:
"Kok, anakmu hitam, sih, enggak kayak ibunya?"
Biarin, yang penting ini anak gue, bukan anak pungutan.

"Anaknya kurus, pasti ibunya enggak pernah masak."
BB sama TB-nya masih sesuai KMS, lho. 

"Kok, anaknya dikasih sufor enggak ASI aja?"
Ada beberapa kondisi di mana seorang ibu enggak bisa kasih ASI ke anaknya. Pertanyaan lo itu bisa bikin si ibu merasa bersalah. Dan... hey, ibu itu kasih sufor bukan racun, please.

Basa-basi kayak gini bisa bikin orang tua, terutama ibu, baper berat dan stres karena anaknya dibandingkan dengan anak lain.

Daripada lo komen gitu, mending lo puji aja anaknya, karena sesungguhnya setiap orang suka dipuji : )


  • "Kemarin terima rapor rangking berapa?"
Kepo!

Sebenarnya pertanyaan ini enggak semenyebalkan pertanyaan di atas, kok. Menjadi menyebalkan kalau ditanyakan ketika rangking kita enggak bagus-bagus amat.

Gue sebagai anak sekolah tentunya sering, dong, ditanyain ginian. Kebetulan gue sering dapat rangking satu (sombong, I know), jadi gue enggak terlalu khawatir ketika ditanyain rangking. Itu bukan karena gue pintar, itu bejo. Sebaliknya, gue akan ketar-ketir kalau rangking gue lagi turun. 

Pernah gue ditanyain gini sama bude tetangga:
A: "Kamu rangking berapa kemarin?"
Gue: "Rangking 3, Bude."
A: "Kok, rangkingnya turun? Pasti pacaran terus, ya?"

Please bude, saya enggak punya pacar. 

Bukan sebal karena ditanyain, tapi sebal karena di-judge.

Pernah juga, nih, gue dijadiin sebagai objek pembandingan (?) sama sepupu.

Tante: "Kamu dapat rangking berapa?"
Gue: "Alhamdulillah rangking satu, Tante."
Tante: (ngomong sama anaknya) "Tuh, Mbak Nafisa aja bisa dapat rangking satu, masa kamu enggak?"

Niat tante gue baik, sih. Mungkin biar anaknya termotivasi. Tapi percayalah, membandingkan anak sendiri dengan anak lain malah akan membuat anak tersebut down. Gue juga khawatir kalau sepupu gue itu jadi benci gue gimana?

Sebaiknya, lo tanya "Dapat rangking berapa?" aja. Kalau yang lo tanya rangkingnya naik, puji dia. Sedangkan kalau yang lo tanya rangkingnya turun, encourage dia, misalnya dengan mengatakan "Enggak apa-apa. Yang penting kamu udah berusaha."

Nah, kalau lo pernah menanyakan pertanyaan-pertanyaan tersebut, mulai sekarang dikurangi, ya. Bagus lagi kalau lo berhenti. Lebih baik lo cari topik basa-basi lain.

Sebaliknya, kalau lo berada di posisi yang ditanya, udah sabar aja. Senyumin aja, kalau lo enggak mau disebut sepupu durhaka. Tapi, nih, kalau lo udah gengges banget, tegur aja si Penanya.

"(Si penanya), enggak sopan tanya begitu. Saya enggak mau jawab."

Tegur mereka sambil senyum biar kesannya tegas tapi ramah. Cara ini gue pelajarin dari Kak Annisa (blogger favorit aku <3).

Takut dianggap sensian?

Biarin. Lha wong pertanyaan-pertanyaan di atas memang enggak sopan, kok. 

Gue akan menutup postingan ini dengan pertanyaan.

Apa pertanyaan nyebelin versi lo?

Image source:
http://www.woonlinie.nl/over-woonlinie/laatste-nieuws/laatste-nieuws/nieuwsbericht/jaarlijkse-interreligieuze-debat-in-zaltbommel/
https://wallpaperxyz.com/aesthetic-wallpaper-hd-free-download-pc-desktop/
Edited by me :)

5 komentar:

  1. Wkwk, apa lagi ya? Kayaknya yang lo sebutin udah cukup tuh :"D Bener tuh, gak usah tanya begituan kalau cuma pengen tahu, bukan peduli/ikut bantu :3 Thanks for sharing! Btw, selamat hari raya idul fitri! Mohon maaf lahir batin ~ :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf juga ya kalau tulisan gue nylekit...dan mohon maaf karena gue telat bales komen lo. Makasih udah mampir : )

      Hapus
  2. Lah situ kapan mati? Ini kegondokan para jomblo yang ditahan karena jaga perasaan dan kewarasan hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. *Ngakak so hard
      Makasih Emak Efi yang sudah berkunjung ke blog saya

      Hapus

Komentarmu akan dimoderasi. Boleh berkomentar asalkan komentarnya enggak bikin rusuh. Tidak boleh memakai bahasa kasar. Terbuka untuk kritik dan sarannya.